Assalamualaikum
Hai readers, apa kabar ? Kali ini aku mau review buku karya Panji Ramdana lagi.
Buku ini merupakan buku karyanya yang kelima yang berjudul “Bersabar Dalam
Penantian”. Oke langsung aja yaa…
Judul : Bersabar Dalam Penantian
Penulis
: Panji Ramdana
Editor
: Gita Nur Annisa
Layout
: M. Taufik Ismail
Desain
Sampul : Andri Priatna
Penerbit
: MDP Media
13 x 19 cm : 206 Halaman
Semoga
Allah Mengizinkan
Tetaplah seperti ini, melihatku
Dengan sudut pandang yang berbeda
Engkau memang tidak mengetahui siapa aku
Aku pun tahu engkau tidak tahu akan aku
Namun mengapa aku begitu yakin suatu saat
Kau akan mengenalku jauh lebih dalam ?
Jika cinta ini adalah cinta yang
diridhaiNya
Aku selalu berharap agar kebersamaan
Kita menjadi mudah jalannya
Tidak ada kesulitan yang terlalu curam
Cukuplah waktu yang menjawab semuanya
Atas izinNya dan atas kehendakNya
Tetap berterus terang, bahwa aku
mencintaimu
Dan aku ingin mencintaimu yang karena Nya
Semoga Allah mengizinkan cintaku yang satu
ini
(Hal. 150)
Yang
Berbahagia
Aku benar-benar tertinggal dan tanggal
Pandanganku tetap terpaku pada kertas buram
Mereka bisa membacanya sedang aku tidak
Ada apa dengan aku yang sekarang ?
Tidak bisa aku panjat kembali puncak itu
Tangganya sangat curam dan berderit-derit
Kata-kata yang kamu ayunkan sudah
menghilang
Layaknya tulisan yang hilang pada kertas
itu
Yang berbahagia, dari kamu dan dia.
(Hal. 152)
Maukah
Kamu Menunggu ?
Allah punya banyak cara jika sudah waktunya
Waktu Allah, bukan waktu kita
Jangan pernah lelah dalam memantaskan
Jangan pernah bosan untuk berdoa
Karena mengulang doa ibarat kita mengayuh
Sepeda yang pasti akan sampai pada satu
tujuan
Seseorang yang disana, seseorang yang
pilihanNya
Itu jauh lebih baik daripada seseorang
Pilihanmu sendiri
Cintailah Allah sebelum mencintanya
Sebab itu adalah syarat utama dalam
Mencintainya karena Allah
Maukah kamu menunggu ?
Sebentar lagi saja, aku sedang
Berusaha untuk menjadi seseorang
Yang menurutNya pantas untukmu.
(Hal. 156)
Awal
dan Akhir
Jika kamu anggap bahwa pertemuan
Adalah awal dari perpisahan
Yakini
jugalah bahwa perpisahan
Adalah awal dari pertemuan yang selanjutnya
Jika nyatanya dia memang benar jodohmu ?
Tentu aka nada takdir yang menuntunmu
Hidup bersama dengannya.
(Hal. 168)
Langit
Tetap Sama
Dimana pun berada
Langit tetap saja.
Ada untuk membahagiakan
Hati hati yang redup
Sesederhana itulah
Tentang rasa syukur.
(Hal. 170)
Kekaguman
Pada Hatimu
Kamu yang pandai
Dalam menyembunyikan
Kebaikan hatimu
Itu yang membuatku tak habis pikir
Mengapa hatimu begitu baik ?
Kekaguman pada apa yang ada
Pada hatimu, Puan.
(Hal. 171)
Niat
Adalah Kunci
Intinya ada pada niat, jangan pernah
Meremehkan tentang niat
Jangan pernah menduakan tentang niat
Jangan pernah menganggap niat
Bukanlah hal yang penting
Jangan pernah mengakhirkan niat
Sebab niat adalah induk dari semua
Akhlak-akhlak yang berikutnya.
Jika benar niat kita ? maka cermin atas
Akhlak kita adalah baik adanya, sekali pun
Orang lain berpikir negative tentang kita ?
Jika niat kita murni baik karena Allah
Allah akan menilai tindakan kita
Dari niat baik kita.
Selalu berprasangka baik, jangan pernah
Menyerah dengan rahmat Allah
Jangan pernah lelah dalam melangkahkan
Kaki ini untuk selalu berada di jalan
Yang Allah ridhai, sekalipun itu sulit
Dan melelahkan ? Lantas jangan menjadikan
Diri ini berhenti dan diam
Bagi orang-orang
Yang beriman dunia ini adalah penjara.
(Hal. 176)
Tetaplah
Seperti Kamu
Kamu apa kabar ? Temanku
Terlalu lama aku tak melihatmu
Rasanya begitu membingungkan
Ditempat mana kau selalu menghabiskan
Hari-harimu kini ?
Dengan siapa, apakah mereka
Orang-orang yang baik ?
Jika saat ini kamu berada disatu tempat
Yang membuatmu semakin jauh dari Allah
Aku selalu berdoa, agar kamu tetap
Menjadi dirimu yang dulu
Dimana kamu, selalu mengingatkanku
Untuk selalu mengingatNya
Tak hentinya kamu selalu mengingatkan
Kewajibanku sebagai seorang manusia
Penuh dengan kehalusan tersebab
Kita menjalankannya
Kita berhijrah bersama-sama, aku harap
Kita dapat bertemu di surgaNya kelak.
(Hal. 184)
Temukanlah
yang Seperti…
Yang menjadikanmu sebagai permaisuri
Yang menjadikanmu sebagai perempuan
Yang harus menjadi seorang perempuan
Muslimah shalihah yang diidamkan surge
Bahagia tersebab Al-Qur’an dan sunnah
Yang menghiasi bahtera rumah tangga
Yang mempunyai persiapan matang dalam
Merencanakan perjalanan agar
Bisa sampai menuju surgaNya
Yang bukan kebahagiaan dunia
Yang dia tawarkan, melainkan
Kebahagiaan di akhirat kelak nanti.
(Hal. 199)
Komentar
Posting Komentar